Pages

SANTRI VERSUS ABANGAN: Suatu Review

Bias Jarak Muhammad dengan Tradisi Keagamaan Umat Islam Indonesia

Dalam menulis buku “Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa” khususnya sub pokok bahasan perbedaan antara santri dan abangan ini, Geertz memberikan deskripsinya secara umum tentang islam. Menurutnya, islam adalah ethical prophecy atau sebuah agama kenabian etis. Umat islam meyakini ajaran islam dengan perantara serangkaian nabi yang ditutup oleh Muhammad. Ia juga mengatakan bahwa jarak antara Muhammad dan tradisi keagamaan saat itu sangatlah panjang hingga telah mengalami perubahan-perubahan. Sepeninggal Muhammad, generasi berikutnya membaca ajaran Muhammad dari intepretasi orang-orang setelah Muhammad. Geertz mengatakan, “para pengikutnya sekarang tidak lagi hidup dalam gilang gemilangnya inovasi keagamaan seperti dulu, tetapi lebih di dalam sinar ortodoksi doktrinal yang agak suram, karena, sebagaimana juga dalam agama Kristen, sejumlah besar doktor-doktor terpelajar- kaum ulama (mereka yang aktif)- mengerubungi inti asli Islam dan menyelimutinya dengan konstruksi doktrin dan hukum, penafsiran dan kodifikasi yang telah disusun rapi.”Pada intinya pokok ajaran yang dibawa Muhammad adalah monoteisme. Pengakuan hanya ada satu Tuhan yaitu Allah. Dalam tulisannya itu, Geertz juga menjabarkan kelima rukun islam yaitu Syahadat, sholat lima waktu, puasa, zakat dan haji bagi yang mampu.

Feminisme Psikoanalisis Dan Gender

Berbeda dengan aliran feminisme liberal, radikal serta marxis dan sosialis, femisisme psikoanalisis dan gender percaya bahwa penjelasan fundamental atas cara bertindak perempuan berakar dalam psike perempuan, terutama dalam cara pikir perempuan. Berdasar konsep Freud, seperti tahapan Oedipal dan komplek Oedipus, mereka mengklaim bahwa ketidaksetaraan gender berakar dari rangkaian pengalaman masa kanak – kanak awal mereka, yang mengakibatkan bukan saja cara laki – laki memandang dirinya sebagai maskulin, dan perempuan memandang dirinya sebagai feminin, melainkan juga cara masyarakat memandang bahwa maskulinitas adalah lebih baik dari femininitas. Berhipotesis bahwa dalam msyarakat nonpatriarkal, maskulinitas dan feminitas akan dikonstruksikan secara berbeda dan dihargai secara setara, feminis psikoanalisis merekomendasikan bahwa harus bergerak maju menuju masyarakat androgin, yang di dalam masyarakat ini manusia seutuhna merupakan campuran sifat – sifat positif feminin dan maskulin.

CERITA


Hidup ini adalah sebuah cerita, cerita yang menggembirakan, menyedihkan, haru, membanggakan dan cerita-cerita lainnya akan kita catat sepanjang kita menghela napas di dunia yang fana ini. Kita dipersilakan untuk mencicipi semuanya itu layaknya hidangan yang tersaji di depan kita semua. Namun demikian, tidak selamanya kita dapat memilih hidangan yang kita sukai, akan tetapi kita dipaksa untuk menyantap hidangan dari “Koki” yang sebenarnya kita tidak menyukainya. Ya, tidak selamanya cerita yang akan kita tulis dengan napas kita adalah cerita yang kita harapkan dan kita idamkan, namun sebuah cerita menyedihkan atau bahkan mengenaskan yang sudah ditentukan oleh Sang Maha Pengasih. Ya, Sang Maha Pengasih. Lalu, kenapa Tuhan Sang Maha Pengasih justru malah menurunkan cerita menyedihkan kepada makhluknya? Kenapa harus ada sesuatu yang buruk yang diberikan kepada kita manusia makhluk lemah yang paling mulia dibandingkan dengan binatang dan bebatuan serta jin? Kenapa tidak selamanya cerita menyenangkan saja yang diberikan kepada manusia? Kenapa tidak sesuatu yang selalu baik saja yang Tuhan turunkan untuk kita? Kenapa? Padahal katanya Tuhan itu Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang?

KEJAHATAN DARWINISME Sebuah Analisis tentang Teori Evolusi Darwin Serta Ideologi-Ideologi yang Muncul sebagai Pengikutnya


Terdapat beberapa hal yang dapat saya tangkap dari pemutaran film Harun Yahya sang akademisi Turki itu, film yang banyak berbicara mengenai Darwinisme dan paham yang membuntutinya. Apa saja itu dan bagaimana pula semuanya dapat terjadi? Kurang lebih seperti di bawah inilah analisisnya.
Selayang Pandang Darwinisme dan ‘Keras Kepalanya’ Para Pengikut Darwinisme
Pada suatu masa di Mesopotamia, saat agama penyembah berhala diyakini masyarakat luas, terdapat banyak takhayul dan mitos tentang asal-usul kehidupan dan alam semesta. Salah satunya adalah kepercayaan tentang “evolusi”. Menurut legenda Enuma-Elish yang berasal dari zaman Sumeria, suatu ketika pernah terjadi banjir besar di suatu tempat, dan dari banjir ini tiba-tiba muncul tuhan-tuhan yang disebut Lahmu dan Lahamu. Menurut takhayyul yang ada waktu itu, para tuhan ini pertama-tama menciptakan diri mereka sendiri. Setelah itu mereka melingkupi keseluruhan alam semesta dan kemudian membentuk seluruh materi lain dan makhluk hidup. Dengan kata lain, menurut mitos bangsa Sumeria, kehidupan terbentuk secara tiba-tiba dari benda tak hidup, yakni dari kekacauan dalam air, yang kemudian berevolusi dan berkembang.

Prinsip Resiprositas dan Kemiskinan pada Masyarakat Desa

Pendahuluan
Satu malam saya, di bulan April 2010 ini, saya dan satu orang teman hendak mengunjungi teman yang lain di Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Saya sendiri serta teman yang bersamaku berasal di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Dalam perjalanan, temanku memintaku berhenti di depan warung kelontong yang cukup besar. Dan aku tahu, dia hendak membeli satu pack rokok yang berharga sekitar Rp. 70.000,-. Saat itu, temanku hanya memegang uang Rp.100.000,-. Saat itu pula ku dengar dia terus mengeluh. Alasan kenapa dia mengeluh adalah bahwa uang yang dia miliki seharusnya akan di pergunakan untuk keperluan lain yang penting baginya. Tapi terpaksa harus ia belanjakan satu pack rokok yang akan dia gunakan untuk menyumbang seorang pemuda yang beberapa waktu lalu melangsungkan pernikahannya.

BELAJAR DAN EVALUASI


Belajar. Ya, belajar ! setiap orang pasti pernah belajar dan setiap orang memang perlu belajar. Karena dengan belajar orang menjadi tahu apa yang sebelumnya belum diketahui. Dulu saat kita masih kecil, kita tak pernah tahu bagaimana cara memakai baju. Setiap pagi ketika kita bersiap-siap untuk berangkat ke taman kanak-kanak, ibu kita dengan tlaten mamakaikan baju untuk kita, tidak hanya itu, ibu kita juga menyisir rambut kita agar rapi, memakaikan sepatu kita dan seterusnya dan seterusnya. Dari situlah lama kelamaan kita menjadi tahu bagaimana caranya memakai baju, menyisir rambut agar rapi, dan memakai sepatu yang benar. Contoh kecil tadi tak lain merupakan sebuah proses dalam kita mempelajari sesuatu. Dari hal-hal terkecil sampai yang besar, orang selalu belajar, belajar kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja.

“ ARISAN DENDENG DALAM MASYARAKAT DESA KADIPATEN: Suatu Penerapan Prinsip-Prinsip Redistribusi “

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki beragam kebudayaan. Kondisi geografis kepulauan Indonesia yang memiliki karakteristik alam yang berbeda masing-masing daerah telah menyebabkan masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Selain itu, letak nusantara yang strategis dalam lalu lintas transportasi laut sejak berabad-abad silam juga ikut mempengaruhi konsep multikultural masyarakat melalui persebaran budaya dari negara-negara di luar nusantara.

Salah satu pengaruh yang masuk dari persebaran budaya tersebut tentu saja adalah yang berkaitan dengan sistem kepercayaan, agama, ataupun religi. Yaitu suatu kepercayaan dan pola perilaku, yang di usahakan oleh manusia untuk menangani masalah-masalah penting yang tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya. Untuk mengatasi keterbatasan itu, orang berpaling kepada manipulasi makhluk dan kekuatan supernatural (Haviland, 1985: 193).

Antara Humanisme dan Norma

Manusia hidup di dunia ini tidak terlepas dari lingkaran-lingkaran yang terkadang seolah mencekal humanisme. Lingkaran apakah itu sehingga mampu mencekal humanisme? Nanti saja. Kita analisis dulu saja mengapa lingkaran tersebut bisa menjelma menjadi momok yang menakutkan. Dalam analisis saya, itu semua dapat terjadi karena adanya unsur profesionalisme namun samar. Saya katakan samar karena profesionalisme itu sendiri berat dilakukan ketika terbentur pada lingkaran itu sendiri.  

“ANDE-ANDE LUMUT” Sebuah Dongeng Untuk Mengetahui Nilai Budaya Masyarakat (Folklore Sebagai Bahan untuk Penelitian Antropologi Psikologi) 
Pendahuluan
Budaya setiap suku bangsa dapat diteliti melalui tujuh unsur kebudayaan (bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan tekonologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian) dan wujud kebudayaan (budaya sebagai tata kelakuan, budaya sebagai tindakan, dan hasil budaya).

Untuk meneliti tentang tata kelakuan suatu masyarakat, selain dengan mengkaji naskah-naskah yang telah ada, seorang antropologi haruslah meneliti langsung tata kelakuan dari suatu masyarakat yang bersangkutan. Cara yang kedua cenderung lebih susah karena banyak diantara tata kelakuan yang “terselubung”. Keadaan ini terutama berlaku bagi tata kelakuan yang berbentuk cita-cita, pandangan hidup, keyakinan, nilai budaya, dan sebagainya yang seringkali tidak dapat dirumuskan dengan jernih oleh pendukungnya sendiri tetapi harus dirumuskan oleh penelitinya dengan menggunakan metode analisis yang dikembangkan oleh para ahli psikologi atau psikoanalisis yang berupa tes-tes proyeksi dan sebagainya.