A. JUDUL PENELITIAN
Koran Slank dan Wawasan Kebangsaan : Studi Analisis Peran Media Massa dalam Pembentukan Pemahaman Wawasan Kebangsaan
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Wawasan kebangsaan adalah hal yang sangat penting untuk mempertahankan kultur bangsa di era globalisasi seperti sekarang ini, Sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama para generasi penerus bangsa, yang bertugas meneruskan perjuangan-perjuangan orang yang terdahulu dalam rangka membangun suatu negara menjadi negara yang maju, sejahtera, tentram, damai, serta untuk menjaga dan melestarikan kultur bangsa di era globalisasi ini, agar kultur bangsa kita menjadi kultur bangsa asli dan tidak tercampur dengan kultur bangsa luar yang dapat menghilangkan jati diri bangsa. Namun yang terjadi dewasa ini adalah rendahnya tingkat pemahaman wawasan kebangsaan pada masyarakat. Merebaknya gaya hidup ala ‘barat’ menjadi salah satu bukti lemahnya masyarakat Indonesia dalam mengawal kebudayaan nasional sehingga mudah terkontaminasi oleh berbagai pengaruh budaya asing. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh tidak adanya ‘benteng’ yang digunakan untuk menangkal ‘serangan’ budaya asing. Hal yang sangat ironis telah terjadi ketika kita mulai mengambil budaya asing tanpa batasan-batasan tertentu yang tidak menghilangkan keorisinilan budaya sendiri, yaitu runtuhnya budaya nasional sebagai akibat rendahnya pemahaman wawasan kebangsaan.
Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi geografis negara Republik Indonesia, tergambarkan secara jelas betapa sangat heterogen serta uniknya masyarakat Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa dengan masing-masing adat istiadatnya, bahasa daerahnya, agama dan kepercayaannya. Oleh karena itu dalam prospektif budaya tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antar golongan masyarakat mengandung potensi konflik yang sangat besar, terlebih dengan kesadaran nasional masyarakat yang relatif masih rendah sejalan dengan masih terbatasnya jumlah masyarakat terdidik.
Bangsa Indonesia yang menegara pada 17 Agustus 1945 adalah hasil dari suatu proses perjuangan panjang yang secara ‘embrional’ muncul melalui kesepakatan moral dan politik sejak pergerakan Budi Utomo pada 1908. Dalam perspektif budaya, ‘kehendak’ bersatu membentuk persatuan bangsa tersebut merupakan proses sosial yang didorong oleh kesadaran segenap kelompok masyarakat untuk bersama-sama membangun satu tatanan kehidupan baru sebagai satu masyarakat yang besar, dengan tetap mengakui dan menerima eksistensi budaya masyarakat asal dengan segala perbedaan ciri dan sifatnya. Sebagai suatu proses sosial, kehendak mewujudkan persatuan bangsa dalam satu kesatuan wilayah negara Republik Indonesia tersebut mengandung unsur dinamik. Proses sosial untuk menjaga dan memelihara nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia harus terus menerus dilakukan sejalan dengan dinamika lingkungan yang terus berkembang. Besarnya potensi konflik antar golongan masyarakat yang setiap saat membuka peluang terjadinya disintegrasi semakin mendorong perlunya dilakukan proses sosial yang akomodatif. Proses sosial tersebut mengharuskan setiap masyarakat kelompok budaya untuk saling membuka diri, memahami eksistensi budaya masing-masing, serta mau menerima dan memberi (take and give), untuk itu keteguhan setiap warga atau kelompok masyarakat atau suku bangsa terhadap ikrar atau kesepakatan bersama akan sangat menentukan kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia dalam mencapai tatanan masyarakat yang harmonis (Subagyo, 2006: 72-74).
Kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, menunjukan beragam fenomena, yang secara jelas mengindikasikan sebagai bentuk kemerosotan penghayatan dan degradasi aktualisasi wawasan kebangsaan. Meningkatnya semangat sempit primordialisme, termasuk menebalnya ego kedaerahan seiring penerapan Otonomi Daerah serta meningkatnya ancaman separatisme, merupakan contoh nyata yang perlu diangkat. Fenomena – fenomena tersebut cepat atau lambat akan menggerogoti bangunan kebangsaan kenegaraan kita, manakala ‘kesadaran ke-Indonesia-an’ anak-anak bangsa ini tidak segera dirangsang dan diaktifkan kembali. Oleh karena itu upaya merangsang, mengaktifkan dan terus memekarkan wawasan kebangsaan sebagai revitalisasi wawasan kebangsaan harus menggerakan dan melibatkan semua komponen Bangsa.
Untuk meningkatkan pemahaman wawasan kebangsaan pada masyarakat diperlukan adanya suatu pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh tidak hanya melalui jalur formal saja, namun dapat juga ditempuh melalui jalur informal dan nonformal. Namun demikian, diperlukan suatu media yang dapat membantu mempermudah pemahaman masyarakat terkait dengan wawasan kebangsaan.
Salah satu media yang berperan dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat adalah media massa, baik cetak maupun elektronik. Media massa adalah suatu istilah yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Berdasarkan jenisnya, media massa dapat berupa surat kabar atau koran, majalah, radio, televisi, dan film (layar lebar). Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Secara perlahan-lahan namun efektif, media massa membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari. Dalam konteks wawasan kebangsaan, masyarakat dapat melihat bagaimana identitas nasional dan bagaimana seharusnya meyesuaikan diri dengan lingkungannya termasuk arus globalisasi.
Salah satu media massa yang sudah sangat dekat dengan kehidupan masyarakat adalah koran. Koran atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topik bisa berupa event politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, maupun cuaca. Surat kabar juga biasa berisi kartun, teka-teki silang (TTS) dan hiburan lainnya. Pada perkembangannya, bahkan banyak surat kabar atau koran yang dicetak berwarna dan disertai grafis. Ini menunjukkan bahwa tataletak surat kabar semakin diperhatikan dalam menarik perhatian pembaca. Selain itu, Ada juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu (http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabar).
Selain memiliki fungsi hiburan, koran juga memiliki fungsi lain yang penting, yaitu sebagai media sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat disamping sebagai media yang mewadahi berbagai aspirasi pembacanya, dalam hal ini adalah masyarakat. Membaca koran adalah aktivitas yang sangat sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat. Dengan membaca koran, pembaca akan memiliki tambahan pengetahuan dan wawasan. Dari koran-koran yang memuat tema-tema wawasan kebangsaan diharapkan pemahaman masyarakat terkait dengan wawasan kebangsaan akan semakin meningkat.
Salah satu media massa yang ada di Indonesia adalah ‘Koran Slank’, yaitu sebuah media massa bulanan yang didirikan oleh grup musik papan atas Indonesia, Slank. Walaupun didirikan oleh sebuah kelompok musik, Koran Slank tidak hanya memuat bidang seni musik saja, lebih dari itu, Koran Slank sering kali memuat beragam tema dalam kehidupan bermasyarakat, seperti isu-isu politik, sosial budaya hingga tema-tema tentang wawasan kebangsaan. Pada awalnya, Koran Slank hadir untuk menjadi ‘jembatan’ informasi antara Slank dengan penggemarnya yang disebut ‘Slankers’. Namun seiring pertumbuhannya, Koran Slank telah tumbuh menjadi media pendidikan nonformal bagi ‘anak muda’ yang sensitif akan isu-isu politik, peduli sosial, dan tanggap terhadap perkembangan budaya di lingkungan sekitarnya. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh kaum muda, Koran Slank menyajikan beritanya, seperti yang dimuat dalam Koran Slank edisi 64 (Mei-Juni 2008) halaman 16;
“Sesuai dengan jadwal, Slank akan tampil pada tanggal 31 Maret menghibur masyarakat Palembang. Dalam konser tersebut Slank berkolaborasi dengan Ozomatli, sebuah band yang berasal dari Los Angeles, Amerika Serikat. Acara yang diprakarsai oleh Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Medan dan Pemerintah Daerah Palembang membawa misi kebudayaan, yaitu Visit Musi 2008. Konjen Amerika cukup jeli melihat potensi budaya Sumatera Selatan, khususnya Palembang. Menurut Sean Stein, sang komando acara bertajuk ‘Konser Tak Kenal Maka Tak Sayang’, ini mengatakan bahwa budaya Sumatera Selatan harus dipromosikan ke mancanegara. Maka turis-turis akan bertandang ke sini karena ragam budaya Palembang nggak kalah dengan Bali atau daerah lainnya di Indonesia”.
Sikap kritis, kreatif, inisiatif, dan inovatif menjadi modal utama bagi Koran Slank dalam menyajikan pemberitaan. Karena keempat sikap tersebut adalah inti dari daya dan upaya untuk mewujudkan attitude ; Peace, Love, Unity, and Respect (PLUR) di tengah-tengah masyarakat. PLUR adalah jargon dari Slank yang menjadi inti ‘perjuangan’ mereka dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat melalui karya-karya mereka.
Grup musik Slank memiliki daya tarik yang sangat luar biasa dari para penggemarnya yang cenderung fanatik. Bahkan, Slankers kini telah memiliki wadah bernama Slankers Fans Club (SFC) yang tersebar di segala penjuru nusantara. Karena itulah, Koran Slank telah menjadi konsumsi yang menarik dari masyarakat, minimal, bagi Slankers yang didominasi oleh generasi muda yang diharapkan mampu menjadi generasi-generasi penerus bangsa yang tanggap akan lingkungannya.
Koran Slank menjadi sajian yang begitu dinikmati dan diikuti oleh pembacanya, sehingga informasi-informasi atau pesan-pesan yang dimuat di dalamnya menjadi mudah ditangkap, dicerna, dan dimengerti. Dengan demikian, maka proses komunikasi massa akan mengarah ke titik keberhasilan, dan pendidikan kepada masyarakat dapat lebih efektif.
Dari pemikiran di atas, sangatlah menarik untuk melakukan suatu kajian illmiah tentang wacana-wacana dalam Koran Slank kaitannya dalam tema wawasan kebangsaan. Koran Slank menjadi unik dan menarik untuk dijadikan suatu bahan kajian ilmiah karena karekteristik isi dan bentuknya yang berbeda dengan kebanyakan Koran lainnya. Selain itu, Koran Slank sebagai suatu media yang dekat dengan kehidupan public figure yang cenderung glamour tetap berupaya untuk menyajikan tema-tema yang sarat akan pesan-pesan ‘keindonesiaan’ kepada pembacanya.
Hal lain yang juga membuat Koran Slank menarik untuk dikaji adalah karena eksistensi pendirinya yang begitu fenomenal dalam masyarakat.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, dalam penelitian ini akan diangkat permasalahan antara lain :
1. Bagaimana karakteristik isi dan bentuk Koran Slank sebagai sebuah media massa?
2. Bagaimana peran Koran Slank dalam pembentukan pemahaman wawasan kebangsaan pada masyarakat?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan menggambarkan karakteristik isi dan bentuk Koran Slank sebagai suatu media massa.
2. Mengetahui dan menggambarkan peranan Koran Slank dalam pembentukan pemahaman wawasan kebangsaan pada masyarakat.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan kajian ilmiah tentang wacana-wacana Koran Slank kaitannya dengan peranannya dalam pembentukan pemahaman wawasan kebangsaan pada masyarakat.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah kajian ilmiah tentang Koran Slank, terutama tentang karakteristik isi dan bentuk Koran Slank dan fungsinya sebagai penyampai informasi atau pesan kepada masyarakat dan juga wacana-wacana yang dimuat dalam Koran Slank sebagai media yang berperan dalam pembentukan pemahaman wawasan kebangsaan pada masyarakat.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman baru kepada masyarakat mengenai karakteristik isi dan bentuk Koran Slank serta wacana-wacana di dalamnya sebagai media yang berperan dalam pembentukan pemahaman wawasan kebangsaan pada masyarakat.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Media Massa dan Komunikasi Massa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘media’ diartikan sebagai 1) alat; 2) alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; 3) yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan,dan sebagainya); 4) perantara; penghubung. Sedangkan ‘media massa’ diartikan sebagai sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat (Tim Penyusun KBBI, 2005 : 726)
Menurut Onong Uchjana Effendy (1989:217), media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak secara bersama-sama, pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio, televisi dan film teatrikal yang ditayangkan di gedung bioskop. Sementara itu, Alo Liliweri (1991:41) berpendapat bahwa, media massa merupakan sifat. Instrumen komunikasi massa telah memberikan peluang kepada kita untuk merekam, mentransmisi pelbagai pengalaman dan informasi secara cepat dan meluas untuk mencapai suatu khalayak yang heterogen. Komunikasi massa, melalui medianya membantu kita berhubungan dengan khalayak. Media merupakan jembatan yang mengatasi hubungan antara komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan batas-batas pelapisan sosial suatu masyarakat.
Terster (2003) mengungkapkan bahwa Tujuan dibangun dan dikembangkannya media adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi, transfer of knowledge, agen perubahan, social investigation, dan hiburan.
Media massa, secara sendiri ataupun bersama-sama lembaga lain, dapat melakukan fungsi-fungsi berikut ini.
1) Sebagai pemberi informasi. Tanpa media massa sangatlah sulit untuk menyampaikan informasi secara cepat dan tepat waktu.
2) Pembuatan keputusan. Dalam hal ini media massa berperan sebagai penunjang karena fungsi ini menuntut adanya kelompok-kelompok diskusi yang akan membuat keputusan dan media massa manyampaikan bahan untuk didiskusikan serta memperjelas masalah yang sedang diperbincangkan.
3) Sebagai pendidik. Sebagian dapat dilakukan sendiri oleh media massa sedangkan bagian yang lainnya dikombinasikan dengan komunikasi antar pribadi (Nasution, 1996 : 85-86).
Sedangkan menurut Sutaryo (2005) Joseph Devito pada tahun 1997 menyatakan bahwa popularitas dan pengaruh yang masuk dari media massa hanya dapat dipertahankan hanya bila mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam diantara fungsi yang paling penting adalah :
1) Fungsi menghibur. Media memberi hiburan untuk mendapat perhatian dari khalayak sebanyak mungkin sehingga dapat menjual hal ini kepada pengiklan. Inilah sebab utama adanya komunikasi massa.
2) Fungsi meyakinkan (to persuade). Fungsi ini merupakan fungsi yang terpenting. Persuasi dapat datang dalam berbagai bentuk, seperti :
a) Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
b) Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
c) Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
d) Memperkenalkan etika atau sistem nilai tertentu.
3) Fungsi menginformasikan. Salah satu cara mendidika atau mempersuasi adalah melalui pengajaran nilai-nilai, opini, serta aturan-aturan yang dianggap benar kepada masyarakat. Artinya, sebagian dari fungsi edukasi media diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi.
4) Menganugerahkan status kepada seseorang.
5) Fungsi membius (norcotizing). Fungsi ini merupakan fungsi yang paling menarik namun sering dilupakan. Apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil. Sebagai akibatnya, penerima terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotika.
6) Menciptakan rasa kebersatuan. Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Bisa dibayangkan seorang pemirsa televisi yang sedang sendirian, program-program televisi membuat orang yang sendirian ini merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih besar.
Harus diakui juga, bahwa media massa telah membantu masyarakat untuk mengenali, memahami dan berhubungan dengan berbagai kelompok etnis yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara ini, bahkan yang berada di luar negeri sekalipun.
Media massa juga membantu terselenggaranya nilai-nilai luhur suatu bangsa kepada segenap warganya. Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial (Lawang, Robert, M. Z, 1985 : 135)
Berbicara tentang media, rasanya sulit untuk dipisahkan dengan persoalan komunikasi dalam masyarakat, yang sudah tentu dalam hal ini, terkait dengan media sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan pesan kepada aundience (publik). Komunikasi sebenarnya sama seperti bentuk komunikasi lainnya, dalam arti memiliki unsur-unsur seperti sumber, bidang pengalaman, pesan, saluran, gangguan dan hambatan, efek, konteks maupun umpan balik. Lebih lanjut lagi, proses komunikasi massa memiliki satu unsut yang istimewa, yaitu penggunaan saluran. Tekonologi pembagi atau media dengan massa yang disebut saluran itu dipergunakan untuk mengirimkan pesan yang melintasi jarak jauh, misalnya buku, pamflet, majalah, surat kabar, rekaman-rekaman, televisi, gambar-gambar poster, dan bahkan saat ini ditambah lagi dengan komputer serta aplikasinya dengan jaringan telephone serta satelit (Liliweri, 1991 : 36).
Salah satu ciri komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy (1989) adalah bahwa media massa mampu menimbulkan keserempakan (simultneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal ini adalah ciri paling hakiki dibanding media komunikasi lainnya yang tidak mampu menimbulkan keserempakan.
Secara umum, komunikasi massa adalah suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara profesional menggunakan teknologi pembagi dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak (Sutaryo, 2005 : 77).
2. Koran Slank
Koran Slank adalah sebuah media massa cetak berbentuk Koran yang didirikan oleh Slank, yaitu sebuah grup band papan atas Indonesia yang beranggotakan Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bass), Abdee (gitar), dan Ridho (Gitar).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘media cetak’ diartikan sebagai sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala, seperti surat kabar, majalah (Tim Penyusun KBBI, 2005: 726). Sedangkan ‘koran’ diartikan sebagai lembaran kertas bertuliskan kabar (berita) dan sebagainya, terbagi dalam kolom-kolom (8-9 kolom), terbit setiap hari atau secara periodik; surat kabar; harian (Tim Penyusun KBBI, 2005: 595).
Pada awalnya, Koran Slank hadir untuk menjadi ‘jembatan’ informasi antara Slank dengan penggemarnya yang disebut ‘Slankers’. Namun seiring pertumbuhannya, Koran Slank telah tumbuh menjadi media pendidikan nonformal bagi ‘anak muda’ yang sensitif akan isu-isu politik, peduli sosial, dan tanggap terhadap perkembangan budaya di lingkungan sekitarnya. Sikap kritis, kreatif, inisiatif, dan inovatif menjadi modal utama bagi Koran Slank dalam menyajikan pemberitaan. Karena keempat sikap tersebut adalah inti dari daya dan upaya untuk mewujudkan attitude ; Peace, Love, Unity, and Respect (PLUR) di tengah-tengah masyarakat. PLUR adalah jargon dari Slank yang menjadi inti ‘perjuangan’ mereka dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat melalui karya-karya mereka. Koran Slank pertama kali diterbitkan di Jakarta pada tanggal 10 Maret 2002. Hari jadinya tersebut secara kebetulan bertepatan dengan hari ulang tahun salah satu personil Slank, Yaitu Akhadi Wira Satriaji yang akrab disapa ‘Kaka’. Media massa yang –minimal- telah menjadi konsumsi tetap Slankers ini mengusung motto ‘Polos dan Apa Adanya’.
Uniknya, edisi pertama Koran Slank ini bernama ‘Koran2an Slank Edisi Iseng-Iseng’. Selanjutnya, pada edisi 2 sampai edisi 18 memakai nama ‘Koran2an Slank’. pada edisi ke-19 yang terbit pada Januari 2004 namanya berubah menjadi ‘Koran Slank’, bukan lagi ‘Koran2an Slank’. nama ‘Koran Slank’ terus dipakai sampai sekarang. Saat ini, penerbitan yang terbaru adalah edisi ke-68 yang terbit pada September-Oktober 2008.
Pada tanggal 10 Maret 2008 silam, Koran Slank telah menapaki usianya yang keenam sejak awal terbit tahun 2002.
Gambar 1. Koran Slank edisi 64 dan edisi 65.
Dalam memuat berita, Koran Slank menggunakan pilihan kata dan struktur kalimat yang cenderung tidak baku berdasarkan Ejaan Yang Dibenarkan dalam Bahasa Indonesia, namun tetap mengangkat tema-tema berbobot seperti politik, HAM, sosial budaya, hingga tema-tema kebangsaan. Hal ini dilakukan karena pada awalnya sasaran utama penerbitan Koran Slank adalah Slankers yang didominasi oleh anak muda yang hidup dalam masyarakat strata menengah ke bawah, sebagian diantaranya adalah golongan masyarakat yang dekat dengan kemiskinan dan kebodohan. Standar yang digunakan dalam penggunaan kata ‘kebodohan’ disini adalah tingkat pendidikan formal seperi SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Walaupun di satu sisi penggunaan bahasa cenderung tidak mengikuti kaidah yang benar, namun penggunaan bahasa yang seperti itu justru memberi kesan sederhana dan komunikatif serta lebih mudah ditangkap oleh sasaran utama pembacanya tersebut. Dengan demikian, informasi-informasi maupun pesan-pesan yang disampaikan dalam Koran Slank dapat lebih mudah diterima oleh pembacanya.
Sebagai suatu media massa, Koran Slank adalah satu-satunya media yang diolah oleh menejemen sebuah kelompok musik besar tanah air. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh kelompok musik lain yang ada di Indonesia. Dengan bahasa yang ‘ringan’ Koran Slank mencoba memberikan pencerahan kepada masyarakat dengan menyajikan tulisan-tulisan yang bertema ‘besar’. Di satu sisi, Media ini tidak segan-segan untuk memuat tulisan-tulisan yang berbau kritikan yang ‘pedas’ terhadap berbagai fenomena yang aktual, sebagai perwujudan kontrol sosial terhadap kehidupan bangsa. Di sisi yang lain, Koran Slank seringkali memuat tulisan-tulisan yang membanggakan kebudayaan Nasional sebagai suatu identitas Bangsa. Walaupun tidak secara jelas dan tegas membahas suatu identitas Nasional, namun tulisan-tulisan di dalamnya mempunyai dimensi-dimensi wawasan kebangsaan, seperti kesenian daerah, tradisi-tradisi yang ada di Indonesia, sampai pada daerah-daerah atau tempat-tempat penting dan ‘berharga’ yang ada dalam masyarakat Indonesia. Dengan kesederhanannya, Koran Slank berupaya memberikan informasi-informasi mengenai identitas Nasional sehingga pembaca akan menjadi tahu tentang identitasnya sebagai Warga Negara Indonesia, dengan perkataan lain pemahaman wawasan kebangsaan akan terbentuk pada jiwa masyarakat.
Rubrik-rubrik yang ada dalam Koran Slank antara lain :
1) Rubrik Piss (pembaca dan isi surat), sebagai ruang untuk pembaca yang ingin melayangkan surat kepada Koran Slank ataupun yang lain.
2) Rubrik From Blue Islands With PLUR, sebagai pengantar editorial.
3) Rubrik Bundaku Sayang, yaitu rubrik yang diasuh oleh Iffet Veceha Sidharta selaku menejer utama Slank, orang yang paling dituakan oleh Slank dan Slankers. Rubrik ini mengangkat tema-tema yang tidak tetap namun disesuaikan dengan informasi aktual, biasanya berisi tentang pengalaman hidup pengasuh.
4) Rubrik Mawar Merah, yaitu rubrik yang menampilkan profil perempuan-perempuan public figure dengan penekanan prinsip-prinsip hidup public figure yang ditampilkan.
5) Rubrik Welcome to Potlot, rubrik yang berisi profil kelompok-kelompok musik yang ada di Indonesia yang biasanya kelompok-kelompok musik pendatang baru.
6) Rubrik Pesan dalam Botol, yaitu rubrik yung ditulis oleh seorang kontributor tulisan bernama Biko Sabri. Tulisan-tulisannya cenderung mengangkat tema kemanusiaan.
7) Rubrik Review Album, rubrik yang mengulas album-album yang dirilis oleh para musisi.
8) Rubrik Virus Slank, yaitu rubrik yang berisi profil sosok-sosok public figure yang dianggap memiliki pemikiran yang matang.
9) Rubrik Bulan dan Bintang, yaitu rubrik tentang zodiak.
10) Rubrik Welcome Slankers Cyber, yaitu rubrik yang berisi tentang pengatuan internet.
11) Rubrik Slank Diary, rubrik yang berisi beragam aktivitas Slank selama periode tertentu, biasanya selama satu bulan.
12) Rubrik Halaman Belakang Rumahku, yaitu rubrik yang ditulis oleh seorang kontributor tulisan bernama Rastamanis. Tulisan-tulisannya selalu bertemakan dalam bidang politik, sosial budaya, HAM, perekonomian, hukum, serta wawasan kebangsaan.
13) Rubrik Slankeri, berisi tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Slankers yang mengirimkan tulisannya kepada redaksi Koran Slank.
14) Rubrik Serba-serbi, yaitu berisi tentang pengalaman Slank yang dianggap penting, biasanya adalah pengalaman Slank yang berpengaruh dalam masyarakat, prestasi-prestasi Slank, serta aktivitas-aktivitas besar Slank.
15) Rubrik Puitis (Puisi Kritis), berisi puisi-puisi kritis yang dikirimkan oleh pembaca.
16) Rubrik Intro Indonesia, berisi tentang agenda-agenda besar bangsa Indonesia.
17) Rubrik Kansembilan, yaitu rubrik tangga lagu musisi-musisi Indonesia.
18) Rubrik Midnite Show, berisi resensi film layar lebar.
19) Rubrik Save Our Country, berisi tulisan-tulisan bertemakan penyelamatan alam dan budaya Indonesia.
20) Rubrik Opini Slankers, berisi tentang opini-opini yang ditulis oleh pembaca.
21) Rubrik refleksi, berisi tentang refleksi berbagai bidang kehidupan.
22) Rubrik Old School Band, berisi tentang profil suatu grup band besar, baik domestik maupun mancanegara.
23) Rubrik Bacalah, yaitu rubrik resensi buku-buku.
24) Rubrik Karikatur Pubi, berisi tentang kartun-kartun editorial.
25) Rubrik Wawancara Eksklusif, berisi tentang wawancara dengan tokoh-tokoh bidang tertentu.
26) Rubrik Slank Pics, berisi tentang foto-foto eksklusif Slank.
Struktur Menejemen Koran Slank adalah sebagai berikut.
Pendiri : Slank
Badan Penerbit : PT. Pulau Biru Indonesia
Ide, Visi dan Misi : Slank
Penanggung Jawab : Iffet Veceha Sidharta
Pemimpin Umum : Ahmad Ramadhani
Pemimpin Redaksi : Setia Budi ACe
Sekretaris Redaksi : Nining Yunita, Amd
Dewan Redaksi : Ahmad Ramadhani, Setia Budi Ace, Dianto Yusuf, Slank
Editor : Dianto Yusuf, Setia Budi ACe
Redaktur Musik : Massto
Redaktur Film dan Buku : Setia Budi ACe
Redaktur Foto / Fotografer : Yudhie Rumput, Iwan Bunaken
Redaktur Pelaksana : Iwan Bunaken
Art Designer : Afif
Reporter : Iwan Bunaken
Kontributor Tulisan : Biko Sabri, Rastamanis
Keuangan / Pemasaran : Nining
Iklan : B’ Den
Promosi : Setia Budi ACe
Sirkulasi : Arif Septiade
Ass. Sirkulasi : Wanda, Be’ong
Wardrobe : NY Clothing (Tascha), Butik Biru (Reny)
Penerbit : Pulau Biru Production
Rekening Koran : Bank LIPPO Cabang Rawamangun A/C 337-30-00034-1
Alamat Redaksi dan Pemasaran : Jl. Potlot III No. 14 Duren Tiga, Jakarta Selatan 12760
Telephone : (021) 7919 6819, 794 3252
Faximile : (021) 7919 3437
E mail :
Website / Blogspot : www.slank.com
1. Wawasan kebangsaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘wawasan’ diartikan sebagai 1) hasil memawas, tinjauan, pandangan; 2) konsepsi cara pandang. Sedangkan ‘Wawasan Nasional’ diartikan sebagai cara pandang suatu bangsa dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta dalam hubungan antarnegara yang merupakan hasil perenungan filsafat tentang diri dan lingkungannya dengan memperhatikan sejarah dan kondisi sosial budaya, serta memanfaatkan konstelasi geografis guna menciptakan dorongan dan rangsangan dalam usaha mencapai tujuan nasional (Tim Penyusun KBBI, 2005: 1271). Bangsa Indonesia dalam kehidupan negaranya memiliki suatu wawasan nasional atau wawasan kebangsaan yang disebut wawasan nusantara. Hakikat wawasan nusantara adalah cara pandang yang utuh dan menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan Nasional Indonesia. Atau dengan pengertian lengkap, wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkuangannya yang serba seragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan di dalam setiap aspik kehidupan nasional untuk mencapai tujuan Nasional Indonesia (Subagyo, 2006: 51).
Yang menjadi latar belakang pemikiran sosial budaya wawasan nasional atau wawasan kebangsaan adalah kenyataan bahwa masyarakat Indonesia sejak awalnya terbentuk dengan ciri kebudayaan yang sangat beragam oleh pengaruh ruang hidup berupa kepulauan dengan ciri alamiah tiap-tiap pulau yang berbeda-beda pula. Disamping perbedaan berdasarkan letak geografis, masyarakat Indonesia dapat pula dibedakan berdasarkan ras dan etnik. Pengaruh atau faktor tersebut membuat beragamnya kebudayaan pada masyarakat Indonesia sekaligus menampakkan perbedaan-perbedaan daya tangkap inderawi serta pola tingkah laku kehidupan baik dalam hubungan vertikal atau horisontal. Warisan budaya diterima secara emosional, dan bersifat mengikat ke dalam secara kuat. Oleh karena itu dapat dipahami bila ikatan budaya tersebut menjadi sangat sensitif dan berpeluang besar untuk terjadinya konflik antargolongan masyarakat yang meluas dan tidak rasional. Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi Negara Republik Indonesia, tergambarkan secara jelas betapa sangat heterogen serta uniknya masyarakat Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa dengan masing-masing adat istiadatnya, bahasa daerahnya, agama dan kepercayaannya. Dari tinjauan sosial budaya tersebut dapat dipahami bahwa proses sosial dalam keseluruhan upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi atau kesatuan cara pandang diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina kehidupan bersama secara harmonis, sehingga wawasan kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh keinginan untuk menumbuhsuburkan faktor-faktor positif, terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa serta berusaha untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan pengaruh negatif dari faktor-faktor yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsam (Subagyo, 2006: 71-74).
Sifat multikultural masyarakat Indonesia perlu ditunjang dengan kesadaran akan kebudayaan Nasional Indonesia. Masalah kebudayaan nasional menyangkut masalah kepribadian nasional, dan masalah kepribadian nasional itu tidak hanya langsung mengenai identitas masyarakat Indonesia, tapi juga menyangkut soal tujuan Nasional Indonesia (Koentjaraningrat, 2002: 107)
Menurut Koentjaraningrat (2002), terdapat usaha-usaha penting dalam pengembangan kebudayaan Nasional Indonesia, yaitu:
1) Program kampanye dan penerangan besar-besaran agar rakyat Indonesia mulai menghargai hasil produksi industri nasionalnya, dan berhenti untuk lebih menyukai barang-barang made in Hongkong, made in Japan, atau made in USA.
2) Usaha lebih serius untuk mengembangkan hukum nasional.
Masih menurut Koentjaraningrat, agar suatu kebudayaan nasional dapat didukung oleh sebagian besar dari warga suatu negara, maka sebagai sayarat mutlak sifatnya harus khas dan harus dapat dibanggakan oleh warga negara yang mendukungnya. Hal itu perlu karena suatu kebudayaan nasional harus dapat memberi identitas kepada warga negara tadi (Koentjaraningrat, 2002: 111).
Sebagai suatu konsepsi cara pandang, wawasan nusantara memiliki landasan idiil dan landasan konstitusional. Landasan idiil wawasan nusantara adalah Pancasila. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sebagai dasar negara, termasuk mendasari keberadaan wawasan nusantara. Sedangkan landasan konstitusional wawasan nusantara adalah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, karena undang-undang dasar itulah yang merupakan konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Subagyo, 2006: 77).
H. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata mengenai wacana-wacana wawasan kebangsaan dalam Koran Slank yang akan diteliti. Data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka seperti halnya pada penelitian kuantitatif (Moleong, 2002:3). Dalam penelitian, data diperoleh melalui kajian pustaka, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif yaitu upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus untuk menjelaskan karakteristik isi dan bentuk Koran Slank dan perannya dalam upaya pemahaman wawasan kebangsaan bagi masyarakat.
2. Sumber Kajian
Sumber data diambil dari wacana-wacana yang dimuat dalam Koran Slank serta wawancara dengan menejemen Koran Slank dan dipadukan dengan penelusuran sumber-sumber pustaka dan sumber lain yang relevan dengan topik penelitian.
3. Tahap Penelitian
a. Tahap Pralapangan
Pada tahap ini langkah-langkah yang akan dilakukan adalah (1) menyusun rancangan penelitian, (2) menentukan lapangan penelitian (Koran Slank), (3) mengurus perijinan, (4) menjajagi dan menilai keadaan lapangan, (5) memilih dan memanfaatkan sumber, dan (6) menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Moleong (2000) menguraikan tentang tahap pekerjaan lapangan ke dalam tiga bagian, yaitu; (1) memahami latar penelitian dan persiapan diri, (2) memasuki lapangan, dan (3) berperan serta sambil mengumpulkan data.
c. Analisis Data
Data yang diperoleh dari sumber kajian diolah sehingga diperoleh keterangan-keterangan yang berguna, selanjutnya dianalisis. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Pengertian analisis data kualitatif adalah upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Data yang bersifat kualitatif akan diinterpretasikan untuk mencari makna dan implikasi hubungan yang ada (contextual analysis).
4. Tahap Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode :
a. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dalam upaya mencari dan mengumpulkan Koran Slank yang telah terbit.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada menejemen Koran Slank dengan tujuan untuk mengetahui latar belakang dan tujuan penulisan lagu-lagu mereka.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari dan menelaah data dari literatur-literatur yang menulis tentang media massa, surat kabar atau koran, Slank, dan wawasan kebangsaan.
5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menguji validitas data dalam penelitian ini dipergunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Terdapat empat teknik triangulasi antara lain menggunakan sumber, metode, penyelidikan, dan teori (Moleong, 2000:175).
Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber, yaitu menggunakan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, agar bisa diuji validitasnya.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif terdiri dari alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Rangkaian analisis data dalam penelitian ini merujuk pada konsep Miles Matthew B & Huberman Michael A (2000) yaitu melalui (1) data reduction, (2) data display, dan (3) conclusion drawing/verification. Reduksi data diartika sebagai proses pemilihan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Miles, 2000:18). Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo, dan lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan. Reduksi data dalam penelitian ini akan dilakukan terus menerus selama penelitian berlangsung. Adapun langkah langkah yang akan dilakukan dalam bagian ini menurut Miles (2000:17-18) yaitu; menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehinga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Penyajian data merupakan pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami. Tata kerja analisi digambarkan Miles dan Huberman (2004) sebagai berikut.
Masa Pengumpulan Data
REDUKSI DATA
PENYAJIAN DATA
ANALISIS DATA
Selama Pasca
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI DATA
Selama Pasca
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data : Model Alir (Miles dan Huberman, 2004)
Menarik kesimpulan/verifikasi merupakan tinjauan terhadap catatan yang telah dilakukan di lapangan. Tujuan dari tahapan ini adalah dalam rangka menguji ulang kebenaran dari makna-makna yang muncul, kekokohan dan kecocokannya, sehingga jelaslah kegunaan dan kebenarannya. Sedangkan untuk mengaplikasikan metode penelitian dan lapangan bersifat menyesuaikan yang nantinya selalu bermuara pada hubungan partisipatori. Sehingga data lapangan didapatkan dengan asli dan mendalam. Penarikan kesimpulan sebenarnya hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Miles (2000:20) mengatakan kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yaitu yang merupakan validitasnya. Model interaktif yang menggambarkan keterkaitan ketiga kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3. model interaktif (Miles dan Huberman, 1994)
I. DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: CV. Mandar Maju.
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangungan. Jakarta: PT. Gramedi Pustaka Utama.
Lawang, Robert. 1985. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Jakarta: Karunika.
Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Miles, Matthew B. Dan A. Michael Huberman. 1994. An Expanded Sonscebook Qualitatif Data Analysis. 2nd Edition. London: Sage Publication.
Miles, Matthew dan A. Michael huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah: Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta . UI Press.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, Zulkarmein. 1996. Komunikasi Pembangunan; pengenalan teori dan penerapannya. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Subagyo. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Edisi Revisi 2006. Semarang: UPT MKU UNNES.
Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi; perspektif teoritik. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Tester, Keith. 2003. Media, Budaya dan Moralitas. Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.
Tim Penyusun KBBI.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. 2008. Metodologi penelitian sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Website
http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabar (diunduh pada 22 September 2008)
Surat Kabar
Iwan Bunaken, Slank dan Ozomatli; Memeriahkan Visit Musi 2008 Palembang, Koran Slank Edisi 64 Mei-Juni 2008.
Koran Slank Edisi 68 September 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda disini. apa saja. monggo.